Oleh: Nasuri, S Sos. I
Ketua Ziswaf Yayasan Sanggar Baca Jendela Dunia, Legoso-Ciputat Timur
KABARPAS.COM – SETIAP pagi matahari terbit tanpa pernah bertanya apakah dunia siap menyambutnya. Ia bersinar, apa pun yang terjadi — hujan, badai, atau langit cerah. Kita bisa belajar banyak dari matahari: bahwa tugas kita bukan menunggu waktu yang sempurna, tapi tetap bersinar dengan kemampuan terbaik kita, apa pun keadaannya.
Matahari tidak memilih-milih siapa yang akan ia hangatkan. Ia memberikan cahayanya kepada semua, tanpa perhitungan. Begitu pula kita, dalam kehidupan ini, bisa memilih untuk berbagi kebaikan tanpa menunggu imbalan. Terkadang, satu senyuman kecil atau satu kata semangat dari kita bisa menjadi “cahaya” bagi seseorang yang sedang berjalan dalam kegelapan.
Ada masa di mana awan menutupi matahari, membuat dunia tampak kelabu. Tapi kita tahu, di balik awan itu, matahari tetap ada. Begitu juga dengan diri kita. Dalam kesulitan, mungkin sinar kita terasa redup, tapi jangan lupa — kekuatan dan potensi itu tetap hidup dalam diri kita, hanya menunggu saat untuk bersinar kembali.
Matahari pun melalui siklusnya: terbit, bersinar, terbenam. Ini mengajarkan kita bahwa dalam hidup, ada waktu untuk berjuang, ada waktu untuk bersinar, dan ada waktu untuk beristirahat. Tak perlu memaksakan diri untuk selalu kuat sepanjang waktu. Memberi ruang untuk diri sendiri beristirahat adalah bagian dari perjalanan menuju kekuatan yang lebih besar.
Jadilah matahari dalam hidupmu sendiri. Bangun setiap hari dengan semangat baru, hangatkan orang di sekitarmu dengan kebaikan, dan tetap bersinar meski tak selalu terlihat. Karena, seperti matahari, keberadaanmu bisa jadi sumber kehidupan bagi banyak hal yang tak pernah kamu duga. (***).